Ingin ceritamu di posting di blog ini ? silahkan kirim ceritamu ke novalherdiana@gmail.com

Minggu, 08 Desember 2019

SAHABAT HATI



Karya : Sopa Marwah

Teringat jelas saat kita bertemu
Awalnya kita ragu untuk saling mengenal
Tetapi dengan berjalannya waktu
Aku dan kamu menjadi kita
Yang selalu bersama
Canda dan tawa telah kita lalui bersama
Oh sahabat
Terima kasih atas semua
Yang telah kau beri untukku
Tetapi sekarang
Jarak dan waktu menakdirkan
Kita untuk berpisah
Mentari pagi mempersatukan kita
Mentari sore memisahkan kita

SAHABAT


Karya : Yola Febrianti

*SAHABAT*
_Betapa baiknya kaupadaku dikala kubersedih kau selalu ada di sampingku dan setiap kekecewaan menimpa diriku,kau selalu menyemangati diriku.._

    *SAHABATKU*...
_Sungguh pedulinya kau padaku setiap diriku jauh dari kebahagiaan engkaulah selalu memberi kebahagiaan walaupun dengan canda tawamu ,tapii semua itu tulus dari hatimu.._

Selasa, 03 Desember 2019

KELUARGA KECILKU


Karya : Rita Resayani

Kenalkan namaku Rita. Aku dilahirkan dari keluarga sederhana, aku mempunyai tiga saudara yaitu kakak yang paling besar namanya Reni yang kedua dan ketiga adalah Kak Rina dan Rika. Aku mempunyai Ibu yang sangat aku sayangi yang bernama Ibu Mimi dan seorang Ayah kebanggaanku yang bernama Jum'an. Aku dilahirkan di keluarga sederhana, kebutuhan sehari-hari juga serba berkecukupan.

          Aku mempunyai Kakak yang paling besar dia sangat baik hati dan sekaligus mengerti apa yang diinginkan adik-adiknya.

          Aku juga mempunyai kakak yang kedua ia masih sekolah kelas 7 dia bersekolah di MTs Budi Sartika, dia dikategorikan anak perempuan yang nakal di sekolahnya, waktu itu ia berhenti sekolah sampai kelas 8.

          Dan aku Juga punya satu kakak lagi yang bernama Rika, dia adalah kakak yang sangat aku sayangi, dia masih sekolah kelas 5 SD, Kakakku sekolah di SD Padawening, dia orangnya nakal, banyak saja alasan, karena tidak mau pergi ke Sekolah. Waktu itu ia mau sekolah Agama, tapi dia malas untuk pergi ke Sekolah, waktu itu dia mempunyai ide ia pura-pura terpeleset lalu dia pulang dan ditanya sama Ibu, "Kenapa balik lagi?" dia bilang kalau dirinya terpeleset jadi semua pakaiannya Basah dan kotor, di balik semua itu ia orangnya pekerja keras dan pantang menyerah. Aku juga waktu itu masih kecil, belum sekolah, aku masih ingat waktu itu ayahku sakit. Ayahku dibawa ke Puskesmas Cineam, lalu kata dokter tidak sanggup untuk menanganinya, akhirnya dari Puskesmas Cineam dirujuk ke RS Manonjaya, akhirnya masih sama tim RS tidak sanggup juga untuk menanganinya.

          Dari RS Manonjaya dirujuk lagi ke RS UMUM. Aku tidak tahan melihat ayah aku sakit, aku ikut bersama Mobil Ambulance untuk membawa ayah ke RS UMUM Tasikmalaya, di dalam mobil aku tidak bisa menahan air mata lagi, aku merasa kasian kepada ayahku, tangannya di inpus, hidungnya diberi oksigen, aku menangis dan terus menangis tanpa berhenti.

          Sampai di RS Umum Tasik ayah langsung ditangani oleh dokter, waktu itu aku tidak bisa menginap, karena aku masih kecil, kemudian ibuku menyuruhku untuk pulang, aku dititipkan kepada tetangga. Waktu itu aku tidak betah dititipka kepada tetangga, lalu aku dan kakak yang kedua dititipkan ke Rumah Nenek.

          Hari itu aku sangat gembira karena ayah diperbolehkan pulang dari Rs, aku dan kakak berkemas untuk pulang ke Rumah, aku dan kakak dijemput oleh anak temannya ayah. Keadaan waktu itu sedang gerimis, aku dan kakak pulang hujan-hujanan untung saja aku dan kakak tidak sakit. Ketika sampai di Rumah aku disapa oleh ayah dan aku langsung duduk di sampingnya.

          waktu itu keadaan ayah masih belum sembuh total. Pada hari itu hari perpisahan kakak kelas kakakku, ibukku pergi untuk menghadirinya . Ibuku menitipkan ayah kepadaku, pada waktu itu aku mengurus ayah dengan baik, aku menyuapinya makan. Memandikannya walau perasaanku berbeda, ada rasa takut dalam hati, mungkin hari itu adalah hari terakhir aku bertemu dan mengobrol dengannya.

         Waktu itu ia ingin disuapi makan oleh anaknya yang ketiga. Akhirnya keinginannya terkabulkan, dan adaa lagi satu keinginan, yaitu bertemu dengan anaknya yang paling besar. Waktu itu kakaku sedang bekerja mencari uang untuk biaya ayah, waktu itu kakak ingin pulang tapi tidak bisa.

          Waktu itu hari sudah larut malam aku tidur di sampingnya sambil aku peluk tubuh ayah dengan erat. Keesokan harinya aku bangun lebih awal dan membangunkan ayah, tapi ayah masih belum bangun juga meski aku sudah membangunkannya, lalu aku menyuruh ibu untuk membangunkan ayah, lalu aku disuruh untuk memanggil tetangga dekat ayah yaitu mamangnya bah Omo, lalu Bah Omo mengecek ayah lalu dia bilang Ayah sudah tidak ada. Aku sangat terkejut dan terpukul atas berita itu. Aku langsung memberitahukan kepada kakak yang paling besar, bahwa ayah sudah meninggal. Dia sangat menyesal karena dia tidak bisa bertemu untuk terakhir kalinya.

          Ayah meninggalkanku dan keluarga, aku tidak menyangka Allah sangat cepat memanggil ayah, berarti malam itu malam terakhir bagiku dan keluarga untuk berkumpul. Aku menangis tersedu-sedu, karena aku tak terima atas semua itu. Meninggalnya ayah kakak ku yang ketiga putus sekolah waktu itu ia kelas 6 dan beberapa hari lagi dia akan ujian, tetapi ia bersih keras untuk keluar sekolah.

          Waktu ayah meninggal aku masih sangat kecil, aku masih belum mengenal ayau lebih jauh, aku belum bisa membalas jasa-jasa ayah dan aku juga masih butuh kasih sayang dari sosok seorang ayah, tapi aku berusaha tegar dan menerimanya meski hati sangat berat. Ayahku adalah ayah yang tak bisa tergantikan dan tak akan pernah, dia adalah seorang ayah yang tidak bisa ditemukan di manapun juga. Ia tidak pernah membentak anaknya, meskipun anaknya salah. Mungkin Allah terlalu sayang kepada ayah, makannya Allah memanggil ayah secepat itu. Aku sebagai anak hanya bisa mendoakan ayah yang terbaik, semoga ayah di tempatkan di surganya Allah swt.

UDIN INGIN PERGI KE SURGA


Karya : Leni Aulia N

 Gembira di wajah Udin secerah langit tengah hari. Ia duduk di bale-bale bambu sembari menantikan penjelasan ibunya tentang syurga. Tidak ada hal ini yang bisa membuat Udin begitu gembira sekaligus penasaran sosok Bapaknya. Maka ia akan merengek-rengek dan bertanya tentang surga, sebab setiap kali ia bertanya tentang bapaknya. Maka ibunya selalu memberi satu jawaban yang disukainya, "Bapaknya ada di surga".
"Di Surga aku bisa bertemu dengan bapak?" Tanya Udin. "Oh, tentu, di sana bapak menunggu kita kau bisa bertemu bapak di surga asal kau rajin Salat, Nak Kau sudah Solat?"  tanya Ibu
"Aku baru selesai shalat dzuhur Mak" Jawab Udin riang
"Iya baguslah" Jawaban Ibu sembari mengusap kening anaknya "Kau pasti bertemu bapak di surga." Udin mengangguk kemudian meraih tangab ibunya , " Aku pergi dulu Mak, Mang Kasim pasti sudah menunggu di dermaga, Assalamualaikum." Sembari mencium tangan Julaiha ibunya. "Walaikumsallam, hati-hati nak" Sambil Julaiha memandangi tubuh Udin yang kecil. Udin selalu merindukan bapaknya, sungguh sebuah kerinduan yang tak akan pernah sampai ke muara.

          Selepas pulang sekolah Udin pergi ke dermaga menemui Mang Kasim dengan perahunya. Mang Kasim kerap mengajak Udin mengantar hasil bumi dari desa- desa di pesisir yang hendak dijual ke Kota Kabupaten jalur sungai, menjadi pilihan penduduk satu-satunya, sebab jalan beraspal belum sampai ke desa mereka.
   
          Biasanya selesai membantu Mang Kasim Udin akan duduk di dermaga sampai senja. Tempat itu sebenarnya tidak layak disebut dermaga, tapi penduduk sekitar sudah menyebut dermaga. Hanya ada sebuah gubuk kecil beratap daun hipah dan beberapa tonggak kayu untuk menautkan tali perahu di sana. Gubuk itu milik Mang Kasim, letaknya tepat menghadap ke Sungai dan perbukitan.

          Udin pernah diceritakan guru agamanya, bahwa di surga mengalir sungai-sungai dan gunung-gunung bercahaya, senja yang berkilau dan mengoleskan pendarnya di permukaan. Surga berwarna kemerahan yang membungkus perbukitan, membuat Udin menjiwai apa yang diceritakan guru agamanya.
"Mang, pernah pergi ke Surga?" Tanya Udin. Pada lelaki berubah yang sedang duduk di sampingnya menjerat jala yang terkoyak. Siang hari sudah berganti menjadi senja, ketika Udin melempar tanya kepada Mang Kasim.
Lelaki itu terkekah "Kalau mau pergi ke Surga, berarti aku harus mati dulu Din."
"Kalau begitu bapakku sudah mati" pandangan bocah itu melesat menebus.

         Awan-awan pirau di langit, bola mata itu berkaca-kaca "Ibu selalu bilang kalau bapak ada di surga"
Mang Kasim menghelas nafas "Iya ibumu memang benar, bapakmu ada di Surga"
Mang Kasim menatap wajah Udin dengan disamaki rasa haru, terlihat dari tatapannya, lelaki tua itu sangat menyayangi Udin. Masih lekat dalam ingatannya ketika Sobari dikatakan tewas 10 tahun silam. Ketika itu Udin masih di dalam perut Julaiha. disiang naas itu, ia dan orang-orang menandu Sobari yang mati ditimpa kayu di hutan keliling.
"Kenapa harus orang lain duluan, aagar bisa ke Syurga?" Tanya Udin memecah lamunan Mang Kasim. Lelaki tua berkulit tembaga itu tercenung, ia kehilangan kata-kata. Mang Kasim mencari kata yang paling mudah untuk dicerna pikiran kanak-kanak. Seekir capung hinggap di ujung daun keladi, kemudian terbagi lagi. Capung itu menjentik-jentikan ekornya di permukaan surga yang mengalir begitu tenang "Kau pernah melihat capung dari punggung kumbang air?" Tanya Mang Kasim. Menghabiskan waktunya di pinggir sungai. Mustahil ia tak tahu cikal bakal adanya capung yang ia kerap tangkap bila ia sedang merasa bosan, lantaran tak ada muatan, jika arus sungai tidak bersahabat.
"Seperti itulah mungkin cara menuju Surga" jawab Mang Kasim sebisa-bisanya.. kumbang air harus mati dulu agar bisa menjadi capung yang bersayap dan dapat terbang ke banyak tempat.

           Matta Udin berbinar mendengar penjelasan itu, "Oh, jika aku punya sayap dan bisa terbang, aku bisa nyusul bapak ke Surga" katanya sambil ia berdiri merentangkan tangan seperti bersiap untuk terbang. "Jangan dulu, kau masih terlalu muda" Kata Mang Kasim, lelaki tua itu tertawa hambar, lalubia menggantung jala dan meneguk kopi yang mulai dingin ditiup angin. Ada rasa pahit yang mengantar di dada lelaki tua itu. Rasa pahit yang berbeda dari rasa pahit kopi yang disesapnya.

          Sesaat Udin terdiam, kepala kecil itu mengangguk-angguk senyum terkulum dibiarnya. Senyum misterius yang hanya Udin yang tahu. Apa rahasianya? Bocah itu bangkit dari duduknya  berlari cepat meninggalkan Mang Kasim, tegak di lantai papan dermaga. "Hai Udin mau kemana?"
"Aku mau pergi ke Sungai" jawab Udin. Tanpa menoleh, ia berlari sambil merentangkan tangan
Kali ini dengan mengepok-ngepok tangannya  seolah betul-betul sedang terbang. Udin makin jauh meninggalkan dermaga dan Gubuk Mang Kasim. Lelaki itu hanya bisa tersenyum saat menatao tubuh Udin yang lenyap kebalik tikungan setapak yang ditumbuhi Semak Lalang.

Senin, 02 Desember 2019

BINTANG DI MALAM HARI


Karya : Lisma Amalia

Assalamualaikum

Karya:LismaAmalia

Bintang engkaulah yang selalu menyinari dunia ini
Dimalam hari engkaulah yang selalu memberikan keindahan
Tiada hari tanpa malam hari....
Sunyinya dunia ini...
Ohh..bintang
Sinarilah dunia ini...
Seperti indahnya didunia ini

KERINDUAN


Karya : Adelina Nurkalina

Terbayang hanyut dengan lamunan 
Tenggelam malam penuh impian 
Slalu kulihat jam berdetik 
Tanpa bosannya jam untuk berputar 
        Terbayang kenangan Indah dulu 
        Teringin untuk kembali lagi 
        Akan tetapi semua itu sia sia 
        Karenamu yang tlah pergi 
Andai waktu dapat kuputar kembali 
Kan ku genggam kau dengan erat 
Kan ku gunakan waktu singkat itu untuk bercanda tawa 
Dan kan ku ikat kau untuk tetap bersama 
        Sekilas bayang dirimu 
        Yang kurindukan dihidupku 
       Andaikan ku bertemu denganmu
        Ku bakal erat memelukmu 
Tanpamu tak ada kebahagiaan 
Yang slalu menyelimutiku 
Disini diriku menunggu 
Akan kehadiran dirimu 
Karena aku sangat merindukanmu