Karya : Novi Uswatun Hasanah IX A | MTs Budi Sartika
Pada sebuah desa hiduplah seorang cendekiawan, dimana setiap harinya cendekiawan tersebut menerima keluhan yang diucapkan oleh banyak warga desa. Hal tersebut terus berulang-ulang hingga membuat cendekiawan melakukan sebuah tindakan
Ia Mulai mengumpulkan semua orang desa dan menceritakan sebuah lelucon. Semua orang ketika tertawa dengan lelucon yang dibawakan cendekiawan tersebut. Hari kedua cendekiawan kembali mengumpulkan orang-orang Desa kembali. Cendekiawan tersebut masih menceritakan lelucon yang sama dengan hasil akhir para penduduk desa menjadi tertawa terpingkal-pingkal. Hari ketika cendekiawan kembali menceritakan lelucon yang sama. Namun Respon yang diberikan oleh penduduk desa sedikit berbeda dari 2 hari sebelumnya.
Salah satu penduduk desa mulai bertanya kenapa cendekiawan membacakan lelucon yang sama dan dibacakan oleh cendekiawan tersebut titik cendekiawan pun menjawab dengan sedikit kalimat, "jika pada lelucon yang sama kalian bosan dan tak bisa tertawa kembali, namun Kenapa dengan masalah yang sama tetap saja menangis ".
Artinya penduduk desa tersebut terlalu memikirkan satu masalah dalam hidupnya tanpa mencari jalan keluar yang mereka hanyalah mengeluh, mengeluh dan mengeluh tanpa ada tindakan. Tanpa sadar kita juga sering seperti para penduduk desa yang suka mengeluh terhadap masalah yang sedang dihadapi bahkan kita kerap berfokus terhadap masalah bukan bagaimana cara untuk menyelesaikannya.
Hal inilah yang membuat kita tetap berada di posisi yang sama. Jika mungkin kita berani mencoba untuk menyelesaikan masalah. Maka mungkin saja kebiasaan mengeluh sudah tidak ada dalam diri kita.
Ayo mulai sekarang cobalah untuk lebih banyak mencari jalan keluar dari masalah daripada berpusing Ria terhadap permasalahan yang sedang dialami dan tak memikirkan bagaimana cara menyelesaikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN BERKOMENTAR